Selasa, 01 Juni 2010

Waktu terasa begitu cepat

Hari-hari tampaknya semakin kencang berlari dan celakanya, mereka semakin cepat mengejar lariku yang mulai mengendur akhir-akhir ini. Aku semakin dikejar waktu. Tugas-tugas yang menumpuk dan banyaknya pekerjaan yang masih harus kuselesaikan, membuat aku terkadang ragu, apakah aku dapat menjalani semua ini dengan konsisiten?.
Sungguhpun begitu, itu semua tak membuat semangatku surut. Aku tahu bahwa tak ada kesuksesan yang dapat diperoleh dengan instan. Aku teringat dengan ucapan seorang filsuf Yunani yang aku lupa namanya. “akar pendidikan memang pahit, namun buahnya manis rasanya”.

Sejenak ku hembuskan nafas panjang, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Seperti derasnya arus sungai ketika meluap. Hidup terasa amat singkat. Sebentar lagi usiaku bertambah, aku masih bertahan dengan mimpi-mimpi ini. Apakah aku masih mampu memandang senyumnya yang rupawan itu. Apakah aku masih mempunyai kesempatan untuk menatap matanya yang indah itu. Terlebih apakah aku masih punya kesempatan untuk menyatakan semua isi hati ini kepadanya. God, Give that chance. Say my all hearth voices. Talk about my honesty. Every hardness always has chance but until now, I can not find that chance..
.

Hidup ini rasanya semakin cepat berlari. Rasa-rasanya aku tak mampu lagi untuk mengejarnya. Beruntunglah waktu terkadang mau menoleh ke belakang. Sekedar untuk memastikan bahwa aku masih sudi untuk mengejarnya.

Aku semakin tak sabar dan gelisah. Tak sabar karena aku ingin secepatnya keluar dari kehidupan yang selama ini mengungkung diriku dan pemikiranku. Tetapi juga gelisah karena aku semakin khawatir apakah aku akan mampu untuk bertahan melawan ganasnya ombak hidup yang setiap saat menunggu kesempatan untuk menggulungku tanpa ampun.

Hidupku memang selalu membingungkan seperti halnya hidupku yang juga membingungkan bagi sebagian orang. Aku jadi teringat dengan kata-kata dari seorang sahabat dalam sebuah message di Facebook. Aku terlalu membingungkan untuk dikenal, apalagi untuk dicintai. Mungkin dia benar, tapi tak tertutup kemungkinan bahwa pendapatnya itu keliru.

Aku akan membingungkan bagi orang yang mungkin sampai saat ini belum mempunyai mimpi dalam hidupnya. Oarng-orang yang masih salah dalam mengartikan peribahasa “hiduplah seperti air yang mengalir”. Orang yang masih mengartikan bahwa hidup seperti air yang mengalir adalah hidup yang membiarkan dirinya dipermainkan oleh nasib. Tentu saja dia tidak akan pernah mengerti aku. Seperti ungkapan seorang tokoh politik yang aku lupa namanya, orang awam tak akan mengerti jalan pikiran orang yang melihat ke depan.

Akankah dia akan mengerti hal ini suatu hari nanti? Entahlah. Aku tak mampu memastikan. Nanti akan kucoba menanyakannya pada waktu.

.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites